06 Maret 2011

retrospect

Akhir-akhir ini sering mendengarkan kuliah singkat beberapa peneliti dari berbagai bidang ilmu komputer. Sangat menarik, membuka wawasan dan sangat mengesankan. Namun jika mengingat kondisi tanah air hal semacam ini hanya membuat sedih saja. Ingin rasanya menjadi seperti mereka, namun sepertinya tidak mudah lagi, mengingat keterbatasan background knowledge yang dimiliki, dan berbagai hal lain yang sepertinya merupakan pembenaran akut atas berbagai kemalasan dan kegagalan.

Ketika kuliah S1 saya cuma mediocre yang harus rajin konsultasi kepada para master untuk bisa dapat nilai baik, sehingga saya tahu betul betapa cerdasnya teman2 saya yang lebih pintar. Andai mereka berdiri di depan ruangan seminar menjelaskan penelitiannya, atau duduk mendengarkan kemudian setelah seminar saya bisa tanya mereka seperti masa kuliah dulu. Kadang saya berharap alangkah beruntungnya jika nanti anak2 kita dididik teman2 kita yang cerdas2 itu dan negeri ini dipimpin oleh mereka. Sayangnya dunia nyata tidak selalu menghargai kesetiaan para pencinta ilmu pengetahuan. Tuntutan kebutuhan dan lingkungan membuat mereka harus bekerja untuk Boston, McKinsey, accenture, E&Y, Total, Chevron dan sejenisnya. Walaupun ada pula yang spartan tapi jumlahnya tak seberapa. Beruntung jika jika spartan ini dari kalangan berada, tapi rasanya terlalu berat jika mereka dari kalangan masyarakat biasa.

Mungkin dengan program semacam ini bisa menghibur teman2 yg cerdas ini walaupun cuma sekedar sebuah foto mereka di depan menara eifel atau pisa di profile jaringan sosial. Membuka harapan bahwa kecintaan mereka pada ilmu yang mereka tekuni ada yang menghargai. Siapa tahu nanti mereka akan mewarnai lembaga2 akademik/riset dunia dan 10-20 tahun lagi memanggil adik2 kelasnya untuk bekerja sama, seperti yang dilakukan orang-orang India dan Cina, dimana 20-30 tahun lagi adik2 kelas itu bisa jadi anak2 kita.

Tidak ada komentar: